NEUROPARENTING (Pengasuhan Berbasis Otak) – Part 3

Setelah menuliskan neuroparenting part 1 dan 2, kali ini saya coba akan meneruskan catatan saat mengikuti training  bersama dr. Amir Zuhdi yang  belasan tahun fokus belajar tentang otak manusia termasuk di bawah bimbingan seorang dokter dari California. Serupa dengan tulisan sebelumnya, karena ini adalah hal pertama bagi saya, ibu 2 putri yang tidak punya background medis maupun psikologi, ada bbrp hal yg bisa jadi tdk saya pahami secara utuh. Oleh karenanya, di catatan ini saya hanya menuliskan apa yg sekiranya saya paham dan bisa segera diaplikasikan untuk kita dan ananda di rumah. Masih banyak point yang belum bisa dituangkan karena keterbatasan yang ada.

2 tulisan kemarin sudah di share hampir 1000 kali dan ternyata banyak yang menunggu part 3. Alhamdulillah jika banyak yang merasakan manfaatnya. Moga part 3 dan 4 nanti juga bisa bermanfaat. Feel free to share untuk saudara, sahabat, tetangga dan siapa saja yang dirasa perlu mendapatkan informasi ini sebagai bekal pengasuhan. Mohon doanya saja moga menjadi jalan kebaikan bagi kami sekeluarga dan sumber aslinya. Terima kasih

Salam Hangat,

Euis Kurniawati

Bundanya Kakak Tsabita dan Adek Farisah

💝💝💝💝💝💝💝💝

NEUROPARENTING (Pengasuhan Berbasis Otak) – Part 3

Di tulisan kali ini kita akan membahas beberapa bagian otak yang ada kaitannya dengan pengasuhan.  Antara lain Pre Frontal Cortex (PFC) dan neuron cermin. Bagi yang menunggu tulisan tentang bagaimana mengendalikan emosi dan melatihnya, Insya allah mudah2an bisa dibaca di part 4 nanti.

💡Pre Frontal Cortex (PFC)

❓Kenapa harus belajar tentang PFC?

Kurang semangat. Konsentrasi mudah terganggu. Miskin ide dan gagasan. Berpikir negatif secara berulang. Berperilaku tidak teratur. Pelupa. Terlalu emosional.

Jika salah satu dari kondisi tersebut ada pada diri kita atau ananda, maka benar adanya jika kita butuh tahu dan belajar tentang PFC

PFC itu letaknya di otak bagian depan, dibawah ubun2 dan di belakang dahi. Bisa dibilang PFC itu perannya seperti BOS, seperti seorang CEO (jika dalam bisnis) atau seperti seorang konduktor (jika dalam dunia musik). Jadi dia memang punya peran yang krusial.

👍🏻Apa indikator PFC bisa dikatakan baik ?

📝 Memiliki rentang perhatian yang panjang (lebih dari 15 menit)
📝 Mudah fokus
📝 Bertindak dengan kesadaran
📝 Menjalankan sesuatu sesuai rencana
📝 Memilih/memutuskan berdasar nilai2

🏅Apa Fungsi PFC secara spesifik dan bagaimana melatihnya?

Ada beberapa fungsi PFC secara spesifik, yaitu

🍒 SELF AWARENESS

Self Awareness atau kesadaran diri adalah keadaan dimana seseorang dapat memahami diri sendiri dengan tepat. Seseorang dikatakan sadar akan diri sendiri apabila dapat memahami emosi, pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada dalam dirinya. Ketika self awareness baik, maka rasa percaya diri juga akan muncul. Tidak mudah galau, tidak gampang di bully

Kurangnya self-awareness atau pengenalan terhadap diri sendiri sering membuat kita merasa tidak percaya diri, suka bersikap plin plan dan tidak punya prinsip yang kuat. Kita sulit menetapkan tujuan dan target yang ingin dicapai, karena banyak potensi dan bakat yang dimiliki hanya terpendam saja dan tidak dikembangkan. Self-awareness dapat dibangun dengan belajar memahami anggota tubuh, tipe karakter pribadi, pikiran dan perasaan yang ada, minat dan bakat yang dimiliki. Mengembangkan sikap kesadaran, penerimaan dan rasa menghargai diri sendiri. Menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dengan membangun sikap introspeksi dan learning attitude yang positif.

Kalau saya dan suami biasanya coba mengidentifikasi karakter anak melalui pengamatan. Karena masih kecil, jadi mereka belum bisa mengisi kuisioner, kita yang mengisi dengan mengamati. Di internet banyak banget kuisioner personality plus untuk melihat tipe kepribadian. Sangat membantu bagi saya dan suami untuk mengenali apa yang perlu kami hindari dan suasana apa yang perlu kami bangun sesuai personality masing2 anak.  memperbanyak obrolan2 santai bersama anak2 untuk mengenal siapa dirinya, apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka, apa yang menjadi ketertarikannya, dsb. Masih sangat sederhana. kalau anak2 dengan usia lebih besar insya allah semakin mudah dan semakin banyak ragam cara yang bisa dipakai.

Sex education juga masuk wilayah ini. Jangan risau jika anak tanya kenapa bunda gak sholat atau puasa. Sampaikan saja kalau kita haidh. Biasanya anak akan tanya. Haidh itu apa. Nah bisa masuk sex educationnya.

🍒 VALUE BUILDING
Setiap sikap dan perilaku yang telah dihasilkan dapat dimaknai dengan konstruktif dan membuat rasa damai. Banyak sekali kita temui di sekitar kita, jika ada anak kecil lari-lari kemudian ia terjatuh dan menangis, apa yang biasanya para orang tua kebanyakan katakan? Bisa jadi antara 2 opsi ini: “Sudah dibilang, jangan lari- lari! Tuh, jatuh kan!”. Padahal dengan jawaban seperti ini anak akan belajar untuk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya. Atau jawaban kedua: “Waduh jatuh, sudah cup, cup, ya sayang, lantainya nakal ya? Sini Bunda pukul ya lantainya”. Dari sini anak akhirnya belajar mencari kambing hitam atas kegagalannya. Padahal akan lebih pas kalau kita sebagai orang tua meresponnya dengan “Wah jatuh ya, lain kali lebih hati-hati ya Sayang. Jalannya pelan-pelan aja”. Ini salah satu contoh value building menurut saya.

Value building yang coba kami terapkan juga di rumah yaitu dengan membangun kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Semua dikembalikan kesana. Kalau melakukan sesuatu kira2 Allah dan RasulNya suka atau gak. Misal untuk urusan ibadah, sensitif dg halal-haram, menutup aurat, berbagi, meminta ijin, meminta maaf dsb. Termasuk saat memilih tontonan dan mainan. Kami ajak anak2 untuk terbiasa berpikir, kira2 Allah dan Rasulullah senang yg seperti apa. Jadi membiasakan anak2 untuk melibatkan Allah dan RasulNya dalam bertindak dan mengambil keputusan.

🍒 GOALS HABITS
Membiasakan melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu yang dilakukan anak – anak di rumah untuk berlatih point ini adalah, saat akan pergi belanja, membuat list daftar belanjaan yang akan dibeli dan disiplin dengan catatan tersebut.

🍒 JUDGEMENT SKILLS
Keberanian memutuskan pilihan tanpa paksaan pihak luar yang didasarkan atas baik atau buruk, konstruktif atau destruktif. Yang coba kami terapkan pada anak2 salah satunya dengan memberi kebebasan mereka mau pakai baju apa saat pergi, misalnya. Walaupun menurut kita kurang pas (asal menutup aurat), tapi mencoba menahan diri untuk tidak terlalu jauh memberi intrupsi.  Contoh lain yang kami lakukan untuk melatih point ini adalah, saat kita lihat anak makan pakai tangan kiri misalnya. Jangan buru2 bilang “adek makan tangan kanan dong” tapi coba rubah dengan “ adek makannya pakai tangan apa?”. Mungkin kita berpikir kelamaan dan ribet. Tapi yakinlah, ini bs melatih pfc. Disamping untuk membentuk anak yang taat autan karena paham, bukan anak penurut karena perintah semata. Ini juga bisa jadi latihan agar ia tetap bisa menerapkan nilai ini meski tanpa pengawasan kita.

🍒 FOCUSING SKILLS
Ketrampilan menemukan titik2 perhatian yang sesuai dengan nilai, visi dan misi kehidupannya. Berlatih panahan jadi latihan terbaik untuk membangun ketrampilan ini.  Jika belum memungkinkan memanah, bisa coba basket meskipun tak seefektif latihan memanah. Sekarang di bbrp kota seperti surabaya sudah mulai mudah menemukan tempat latihan memanah, kalau ananda masih kecil gak ada salahnya dibelikan panahan dari plastik yang mudah kita temui di toko2 mainan anak. Bisa juga permainan basket kita modifikasi dengan melempar bola2 kecil ke keranjang sampah untuk anak2 balita. Atau bisa juga kita modifikasi dg permainan2 serupa.

🍒 PATIENT (SABAR)
Ternyata sabar itu masuk wilayah PFC ya. Kalau anak2 minta sesuatu,  tidak harus selalu dituruti langsung meski kita bisa. Beri jeda agar mereka juga punya kesempatan untuk belajar sabar. Termasuk belajar memahami bahwa tidak semua keinginan mereka harus dituruti.

🍒 PERSISTENCE (GIGIH)
Kemampuan mengelola ketekunan diri dengan fokus pada keutamaan tujuan akhir. Selalu “melihat/ mendengar / merasa” kesuksesan pada tujuan akhir yang dicanangkan. Bermain puzzle bisa melatih point ini. Beri tantangan yang selalu baru dengan menaikkan tingkat kesulitammya

🍒 RISK & BENEFIT
Kemampuan mengelola konsekwensi (resiko) yang dilakukan dan memprediksi hasil. Latihan memanah atau melempar bisa mengasah kemapuan ini

🍒 EMPATHY
Merasakan apa yang dirasakan orang lain sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Berpikir dari sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan pendapat atau sudut pandang orang lain. Kalau yang kami lakukan salah satunya ngajak anak2 ke pemukiman pemulung, misalnya. Melatih empathy dengan menunjukkan bahwa kita masih beruntung. Jangan sombong dan berbagilah kebahagiaan. Meminjamkan mainan atau sepedanya, juga bisa mengasah kemampuan ini.

🍒 SYNCRONIZE SKILLS
Ketrampilan menyelaraskan antara pikiran, tindakan dan tujuan.

✅ Memberi lingkungan/suasana yg berbeda juga bisa melatih PFC. Dimulai dari yang sederhana. Misal : dengan merubah tata letak perabot rumah.

Selain harus tahu apa yang bisa menstimulus PFC, kita juga harus tahu apa yang bisa mengurangi kualitasnya untuk kita hindari. Antara lain :

✅ jangan terjebak pada aktifitas yang rutin dan monoton. Karena ini membuat pfc berhenti bekerja karena telah digantikan fungsinya oleh ganglia basalis.

✅ Selain itu hindari pula ketidak-kompakan ayah bunda dalam pengasuhan. Jika ayah bilang A, maka ibu jangan mendebat di depan anak. Samakan persepsi antara ayah bunda tanpa sepengetahuan si kecil. Kenapa? Karena jika hal ini terjdi perkembangan otak DLPFC (salah satu bagian PFC) bisa terganggu. Anak jadi sulit mengambil keputusan.

✅ Kurangi stres. Karena jika stres muncul, amygdala akan panas dan pfc akan berkurang kemampuannya. Krn prinsipnya amygdala dan pfc ini akan menemukan titik seimbangnya. Pfc naik, amygdala turun.
Pfc turun, amygdala naik.

Apa itu amygdala? Insya allah akan dibahas di part 4 (part terakhir)beserta bahasan bagian otak yg disebut cinguli.

NEURON CERMIN

Tempatnya di lobus parietalis. Tepatnya di sekitar daerah sulcus centralis. Bersama sama fungsi spatial dan mental imaging yang diperankan oleh lobus parietalis, para neuron cermin memetakan model2 yang tersentuh oleh panca indra menjadi gambaran yang nampak di proses pikir dan perasaan anak. Mudahnya, neuron cermin ini punya fungsi untuk duplikasi. Juga berperan dalam membangun kecerdasan sosial.

Maka jika anak gampang marah dan meninggikan suara saat emosi, bertanyalah : siapa yang ditiru?

Jika anak tidak sabar, bertanyalah : siapa yang ditiru ?

Jika anak sulit diminta sholat, berpikirlah : siapa yang ditiru?

Karena neuron cermin ini menyerap apa yang dilihat. Maka benarlah, bahwa sebaik2 nasehat adalah teladan. Anak mungkin tidak mendengar, tapi anak pasti melihat.

Moga kita dimampukan untuk memberikan teladan yang terbaik pada ananda.

Moga kitapun dimampukan untuk memilih lingkungan yang terbaik untuknya. Seperti pepatah orang Padang : mendidik anak itu butuh orang sekampung.

Insya allah cukup disini tulisan neuroparenting part 3. Moga bermanfaat untuk mendampingi proses pengasuhan kita pada buah hati 💝

 

 

 

One thought on “NEUROPARENTING (Pengasuhan Berbasis Otak) – Part 3

Leave a comment