🏆 FAMILY PROJECT DAY#1 🏆


Akhirnya sampai juga di tantangan level 3 perkuliahan  institut ibu profesional di kelas bunda sayang ini. 
Mengusung tema my family my team, di tantangan 10 hari ini kami mencoba melibatkan 2 krucil untuk menyusun proyek keluarga. Masih tetap dg mengaplikasikan ilmu yg dipelajari di step sebelumnya ttg komunikasi produktif dan tantangan kemandirian.
Diawali dg ngobrol bareng pak suami, saya mentransfer materi pengantar berikut penugasannya. Ada bbrp hal yg justru saya mendapatkan penjelasan lbh detail ttg sbuah hal dr bliau. Alhmdlh bs saling melengkapi.
Saya dan suami sepakat, proyek ini akan dijalankan selama 5 hari kedepan. Sedang sisa 5 hari berikutnya kami akan coba menjalankan proyek yg berbeda. Apa goalnya?  Ananda berikut ortunya punya kesempatan untuk mengasah 4 kecerdasan di proyek ini. Kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan cerdas menghadapi tantangan (adversity quotient)
Step berikutnya, komunikasi ke anak2. Kami mencoba memperkenalkan istilah family project pada si kakak yg bulan ini berusia 7thn lbh 3 bln. Nampak banget wajah keponya saat kalimat ini meluncur dari lisan saya. Hahhhh? Family project. Apa itu bunda?, tanyanya.. 
Diskusipun mengalir. Makin mudah ia pahami karna kata2 spt bekerja sama sdh akrab di rumah ini. Yup, intinya kami ber 4 akan berkolaborasi merencanakan sekaligus mengeksekusi sebuah proyek bersama, meski sederhana. Sebuah tantangan yg seru sekaligus menyenangkan namun sarat hikmah. Insya allah.
Okeh, sekarang pertanyaanya mau bikin project apa? Krn kehamilan bunda sdh hampir masuk 35 week dan banyak persiapan yg blm kelar untuk lairan, maka kami sepakat menjadikan kondisi ini sbg momentum project pertama di tantangan kali ini. 
Kaidah SMART dlm penyusunan proyek ini sengaja belum kami bahas hari ini. Fokus obrolan malam ini ttg bahasan why dan what. Kenapa kami memilih proyek ini dan apa saja gambaran besar yg kita lakukan di proyek ini. 
Diluar ekspektasi, ternyata 2 krucil cukup aktif menyampaikan pendapatnya saat kami memberi pertanyaan2 pancingan. 
Misal, sebentar lagi dedek bayi kan mau lahir, kita harus nyiapkan apa ya? Mungkin kakak sama adek ada ide? 
Blurrrr… ide bertaburan. Mulai bahas bak mandi, lemari buat baby, kasur di gudang yg belum dikeluarkan, beli pampers, beli kaos kaki, topi, gendongan dsb. 
Meski masih acak, tetap layak diapresiasi. Intellectual curiosity mereka terasah disini. Mencoba membayangkan apa yg kira2 dibutuhkan oleh baby newborn, dimana harus beli bbrp perlengkapan tsb, dsb. Termasuk keberanian menyampaikan pendapat plus menyertakan alasannya. 
Insya allah detail project ini akan diperdalam esok hari. Termasuk memperdalam stimulus 7 kata tanya untuk merangsang intellectual curiosity mereka. 
Ah, makin ecxited menanti kelahiran dedek bayi dg project ini. 
Bismillah, on track ✊🏻
🏡 Graha Istiqomah, 24 Maret 2017
💝 Bunda Euis Kurniawati 💝
#TantanganHari1

#Level3

#MyFamilyMyTeam

#KuliahBunsayIIP

Aliran Rasa Tantangan Kemandirian

Hari senin 6 Maret 2017 kemarin saat  belajar neuroparenting di hotel 88, tiba2 notif wa berbunyi. 
Eh ternyata dapat surprised dari fasilitator kelas bunda sayang institut ibu profesional. 

Special badge ini diberikan khusus kepada 5 ibu pembelajar di kelas kami (Surabaya, Bali, Mataram) yang berhasil menuntaskan game level 2 tantangan kemandirian selama 10 hari dan istiqomah tanpa putus menuliskan laporannya. 
Ah jadi keinget rasa nano2 saat menuliskan laporan di game tantangan kemandirian ini. Keistiqomahan menulis saya bener2 diuji selama 10 hari tsb. Kadang pas cuapek, harus ttp nulis. Gak jarang baru bs setor tugas mepet2 jam 12 malam sambil menahan kantuk. 
Belum lagi diwarnai kebingungan saya saat harus seharian ikut training di hotel cleo pada masa latih tsb. Masak iya latihan kemandirian anak2 harus di pause sementara hanya gara2 bundanya gak dirumah? 
Ngobrol sama pak suami akhirnya kami sepakat,  beliaulah yg akan menjadi fasilitator bagi 2 krucil seharian penuh. Termasuk bikin laporannya juga. Suami yg cerita, saya yg nulis. 
Ternyata kondisi ini membawa hikmah tersendiri bagi kami. Saya jd bs mengevaluasi bgmn “sistem” ini berjalan saat bundanya tidak ada. Dan bener aja, kami harus memperbaiki sop krn antara ayah dan bunda, ada sedikit yg berbeda meski tak terlalu prinsip. Tapi kami merasa perlu untuk menseragamkan sop di rumah ini aggar anak2 juga tdk bingung. 
Selain itu kesempatan ini juga bs memperkuat komitmen saya dan suami bahwa anak2 adalah tanggung jawab bersama. Sebagaimana kita tahu, dalam al quran ada 17 dialog pengasuhan. 14 dialog antara ayah dan anak, 2 dialog antara ibu dan anak, serta 1 dialog antara guru dan murid. Nampak jelas bgmn kedudukan ayah yg sangat krusial dalam pengasuhan buah hati. Kalau msh ada ayah yg beranggapan bahwa tugasnya hanya mencari nafkah dan anak hanya mjd urusan istri, hmm,,, kayaknya bliau butuh belajar agama lagi.
Bikinnya bareng2, ndidiknya bareng2, insya allah ke surga juga bareng2.
Tantangan kedua saat saya harus mendadak luar kota untuk menjenguk nenek yg masuk rumah sakit. Padahal ayahnya juga lagi ngisi training di banjarmasin. Mungkinkah latihan kemandirian bs tetap berjalan saat 2 krucil dalam pengasuhan yangti dan tantenya? Masak iya harus di stop sementara latihannya? Eman dong… 
You can if you think you can. Ini bukan masalah, hanya tantangan yg mengasyikkan. Pasti ada jalan keluarnya. Dan ternyata bener. We can do it ! Kolaborasi bareng yangti dan tantenya, tantangan di hari terakhir itu tetap bisa dilaksanakan. Untuk laporan saya dapatkan by phone. 
Sinyal saya sangat tdk bersahabat krn provider seharian error, maka saya ketik laporannya, dan posting di fb pakai gadget sepupu di malang.  Sempet deg2an gbs input ke link iip krn sudah terlalu malam dan sepupu keburu tidur. Akhirnya  si ayah di banjarmasin yg kebagian masuk ke akun fb saya, copy link dan setor penugasannya ke google form iip. Kolaborasi yg sesuatu ! Antara 2 krucil, yangti, tante, ayah, bunda dan juga sepupu saya. Hehehe. Jd pengalaman berkesan lah pokoknya. 
10 hari berturut2 kami mencoba fokus memberi kesempatan kepada 2 krucil untuk berlatih kemandirian.  Banyak hikmah sarat pembelajaran. Bukan saja untuk mereka, tapi juga untuk kami keduaorangtuanya. 
Mulai belajar tega, belajar memberi kepercayaan bahwa mereka pasti bisa, belajar sabar menikmati prosesnya yang pasti tak mulus2 saja, belajar menahan diri untuk tidak buru2 merebut kesempatan mereka belajar menyelesaikan sendiri tantangannya, belajar meluaskan hati untuk menerima ketidaksempurnaan dan masih banyak hikmah lain yang kami rasakan selama 10 hari tersebut. 
Entah brapa banyak telur yg pecah dan tercecer di lantai selama proses latih ini. Tak terhitung berapa kali saya dan suami harus mengatur nafas agar nada suara tetap terjaga meski sudah geregetan. Ah gado2lah pokoknya.
Komitmen kami sbg fasilitator di rumah ini benar2 diuji. Maka berulang kali pula saya harus baca2 materi untuk memantapkan hati. Termasuk materi ttg _Adversity Quotient_ 
Apa itu ? AQ merupakan kecerdasan menghadapi kesulitan/hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. 
Seseorang yg memiliki AQ tinggi merupakan sosok pembelajar seumur hidup. Mereka mempu untuk mengendalikan setiap kesulitan. Kesulitan yang muncul pada satu aspek kehidupan tidak meluas pada aspek yang lain. Mereka memandang kesulitan yang ada bersifat sementara dan cepat berlalu. tak melihat hambatan, melainkan hanya tantangan. 
Maka tugas kami untuk memandu anak-anak supaya memiliki AQ yang tinggi. Apalagi kami memasukkan point ini saat membuat peta keluarga setahun  yg lalu. Kami ingin anak2 punya resiliensi yang tinggi. Memiliki daya juang yang tinggi. Tak mudah menyerah, pantang putus asa. Melewati semua tantangan dengan penuh percaya diri.
4 point latih kemandirian yang disepakati di awal penugasan terus dikawal sekaligus diamati. Ayah dan bunda bekerja sama dalam mendampingi mereka selama proses latih. Kadang tanpa kami sadari, tiba2 obrolan kami membahas seputar progress mereka dalam masa latih ini. Termasuk obrolan tiap malam sebelum menuliskan laporan perkembangannya.
Meski kami fokus pada 4 point latih dalam tantangan ini, alhamdulillah ada bonus kemandirian lain yg dicapai oleh 2 putri kami. Makin bersyukur dan membuat kami makin rileks dan optimis membersamai buah hati. 
Terima kasih special badgenya. Jadi motivasi bagi kami sekeluarga untuk tetap istiqomah meneruskan proses latihnya meski tanpa laporan. Ya, setidaknya butuh 3 bulan agar latihan ini jd habbit bagi kami dan buah hati. 
Salam semangat untuk ibu2 pembelajar dimanapun berada. Kita tidak sedang berlomba satu sama lain. Kita tidak sedang berkompetisi untuk jadi yg terbaik di antara sesama ibu. Tapi kita tengah berlomba dg diri sendiri untuk jadi yg lebih baik dari kita yg kemarin. 
Ciayoooo !! ✊🏻✊🏻
🏡 Graha Istiqomah, 16 Maret 2017
💝 Bunda Euis Kurniawati 💝
#AliranRasa 

#BundaSayang

#MelatihKemandirian 

#IIP

Tantangan Kemandirian#day10

Tantangan Kemandirian#day10
Akhirnya sampai juga dipenghujung game level 2 kuliah bunda sayang Institut Ibu Profesional. 10 hari berturut2 kami mencoba fokus memberi kesempatan kepada 2 krucil untuk berlatih kemandirian.  Banyak hikmah sarat pembelajaran. Bukan saja untuk mereka, tapi juga untuk kami keduaorangtuanya. 
Mulai belajar tega, belajar memberi kepercayaan bahwa mereka bisa, belajar sabar menikmati prosesnya yang pasti tak mulus, belajar menahan diri untuk tidak buru2 merebut kesempatan mereka belajar menyelesaikan sendiri, belajar meluaskan hati untuk menerima ketidaksempurnaan dan masih banyak hikmah lain yang kami rasakan selama 10 hari ini. 
Entah brapa banyak telur yg pecah dan tercecer di lantai selama proses latih ini. Tak terhitung berapa kali saya dan suami harus mengatur nafas agar nada suara tetap terjaga meski sudah geregetan. Ah gado2lah pokoknya.
Komitmen kami sbg fasilitator di rumah ini benar2 diuji. Maka berulang kali pula saya harus baca2 materi untuk memantapkan hati. Termasuk materi ttg _Adversity Quotient_ 
Apa itu ? AQ merupakan kecerdasan menghadapi kesulitan/hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. 
Seseorang yg memiliki AQ tinggi merupakan sosok pembelajar seumur hidup. Mereka mempu untuk mengendalikan setiap kesulitan. Kesulitan yang muncul pada satu aspek kehidupan tidak meluas pada aspek yang lain. Mereka memandang kesulitan yang ada bersifat sementara dan cepat berlalu. tak melihat hambatan, melainkan hanya tantangan. 
Maka tugas kami untuk memandu anak-anak supaya memiliki AQ yang tinggi. Apalagi kami memasukkan point ini saat membuat peta keluarga setahun  yg lalu. Kami ingin anak2 punya resiliensi yang tinggi. Memiliki daya juang yang tinggi. Tak mudah menyerah, pantang putus asa. Melewati semua tantangan dengan penuh percaya diri.
4 point latih kemandirian yang disepakati di awal penugasan terus dikawal sekaligus diamati. Ayah dan bunda bekerja sama dalam mendampingi mereka selama proses latih. Kadang tanpa kami sadari, tiba2 obrolan kami membahas seputar progress mereka dalam masa latih ini. Termasuk obrolan tiap malam sebelum menuliskan laporan perkembangan.
Namun justru di hari terakhir penugasan ini agak spesial. Karena kami berdua sedang terpisah jarak dari buah hati tercinta. Ayahnya harus mengisi training di banjarmasin, sedang bundanya harus dadakan berangkat ke malang untuk menengok uyut yg sedang dirawat di RS. Alhasil, 2 krucil kami titipkan sementara di bawah pengawasan yangti dan tantenya. 
Sempet ketar ketir krn sbgmn kebanyakan nenek pasti “amat sangat sayang” pada cucunya. Biasanya drmh makan sendiri, nanti kalau drmh yangtinya disuapin. Dirumah bs mandi dan cebok secara mandiri, nanti kalau ada yangtinya dan bunda gak liat, pasti dibantuin. 
Dulu pernah terjadi dan salah satu solusinya saya ajak anak2 diskusi. ngefek juga si. Menurut cerita tantenya dulu, saat mereka mau tidur di rmh yangtinya, begitu masuk rumah mereka bilang : “yangti, aku sdh besar. Aku makan sendiri aja ya gak usah disuapin. Trus kita ga usah makan mie goreng ya, kan itu gak sehat”
Hehehe.. yangtinya malah dinasehatin. itu dulu. Hari ini gimana? Jujur saya deg2an.
Kalau yangtinya dtg ada peluang bs kendor krn “dalih sayang cucu”. padahal di proses latih ini justru kami harus belajar tega. Nanti kalau ternyata kendor lagi gimana??
Ah sudahlah, bismillah aja. 

Begitu yangti dan tantenya dtg pagi ini krmh kami, saya hanya punya waktu 5 menit untuk ngobrol. Saya ceritakan bahwa 2 krucil selama 10 hari ini sedang ada proyek tantangan kemandirian. Lalu saya ambil kertas, pulpen dan mulai menuliskan satu persatu sop nya. Mulai bereskan kamar setelah tidur, menyiapkan makanan sendiri dan menjemur baju masing2. 
Yangtinya agak kaget dan tak percaya. Entah tak percaya kalau mereka bisa melakukan ini semua atau tak percaya anaknya ini begitu tega pada cucu tercinta. Hehehe. 
“Mama tolong bantu kawal ya ma. Biar latihan yg 9 hari kemarin gak ngulang lagi dari nol”, ujar saya berhati2.
Dan sore tadi saya telp. Menanyakan kondisi anak2. Termasuk bgmn progress mereka di tantangan kemandirian hari ini.
Tentang menyiapkan makanan. Info dari yangtinya mereka hanya kebagian jatah mengocok telur. Yg lain dieksekusi yangtinya termasuk memecah telur dan menyalakan kompor meskipun ananda sdh mampu melakukannya. Sepertinya krn faktor tak tega, takut berbahaya dan tak percaya bahwa mereka bisa. 
Untuk menjemur baju, sudah automatically untuk si kakak namun berubah sop bagi si adek. Jika biasanya dia yg bertanggung jawab memasukkan hanger hingga menggantung di jemuran meski harus naek kursi, pagi ini si adek hanya kebagian memasukkan hanger dan urusan menggantung dieksekusi yangti krn beliau khawatir farisah jatuh. 

Hehehe,,,, 
Gak papa deh masih mending anak2 sdh dibantu jaga dan dikawal proses latihan kemandiriannya. Bersyukur dari pada tidak sama sekali. 
Btw laporan hari ini tanpa disertakan foto aktual. Entah kenapa tak bisa daftar paket data meski pulsa sdh lbh dari cukup. Gagal terus dari tadi pagi. Alhasil posting laporan ini pun dengan bantuan gadget sodara. But show must go on ya. Laporan tetap harus dituliskan ✊🏻
Satu catatan lagi, kami sadar, bahwa pengasuhan itu harus kompak. Anak akan sulit belajar kalau ada dualisme. Bukan hanya kompak ayah bundanya, tapi juga kompak kakek neneknya. 
Banyak curhatan yg diceritakan ke saya, sama ayah bundanya dilarang, tapi sama kakek neneknya diperbolehkan. alhasil si anak jadi merasa seperti ada yg membela dan mengabaikan komitmen yg disepakati bersama ayah bundanya. Bukan hanya anak saja yg akan bingung, tapi juga bs bikin “makan hati” baik di pihak ayah bunda maupun kakek nenek. 
Diskusi tanpa kesan menggurui dan melibatkan beliau dalam training2 parenting menurut kami jadi jurus yg ampuh untuk meminimalisir hal ini. Dan sudah kami lakukan di keluarga ini. 
alhamdulillah kami sering ngajak yangti dan tantenya diskusi seputar parenting. Tak jarang kami menceritakan apa2 saja yg sedang dilatih bersama ananda, bgmn progressnya dsb. Termasuk bbrp kali kami mengajak yangtinya untuk ikut dalam bbrp seminar2 parenting bersama kami. Alhamdulillah kendala2 tsb bs diminimalisir krn sdh punya frame yg setidaknya serupa meski tdk persis sama.
Terima kasih yangti, terima kasih tante, sdh bantu kami menemani 2 krucil hari ini sekaligus mengawal proses latihan kemandiriannya. Insya allah besok malam sdh bs kumpul lagi sama ayah bunda dan kita lanjutkan latihannya ya nak.
Love you both. Rabbi habbli minashshoolihin 😘

🏡 Malang, 5 Maret 2017 
💝 Bunda Euis Kurniawati 💝
#level2

#KuliahBunSayIIP

#MelatihKemandirian

Tantangan Kemandirian#day9

Tantangan Kemandirian#day9
Melanjutkan proyek bersama 2 krucil hari ini di game tantangan kemandirian. Kesempatan kali ini kami ingin mendokumentasikan beberapa hal : 
1⃣ transaksi finansial
Jadi critanya si kakak ingin ikut saat bundanya belanja. Katanya sih pengen beli mainan di penjual kaki lima yg biasa gelar dagangannya di pasar. Adeknya juga ikut2an. “Okeh, gpp silahkan ikut. Kalau mau beli sesuatu, silahkan beli pakai uang sendiri lho ya”, ujar saya memastikan anak2 paham dg perjanjian ini. 
Begitu sampai si penjual, pandangan mereka mulai kesana kemari. Tangannya utak atik ini dan itu memuaskan rasa penasarannya. Si kakak tdk butuh waktu lama untuk mengambil keputusan dan pilihan jatuh pada rumah2an plastik seharga 17 ribu rupiah. Recehan2 di tasnya berpindah tangan dan hanya menyisakan 3 koin seratus rupiah. Meski demikian tak ada raut penyesalan. Happy dan ecxited. 
Bagaimana dengan si adek. Byuh, lama pilihnya. Sampai bundanya gobyos keringat karena kepanasan hehehe. Tapi tetap berusaha sabar menemani proses belajarnya. Awalnya ia ingin tembakan gelembung sabun seharga 30 ribu rupiah. “Maaf dek, uang adek cuma 10 ribu. Itu gak cukup kalau harus beli gelembung sabun”, saya menerangkan. “Gak papa itu aja. Pakai uang bunda aja ya, pliiiiissss”, bujuknya. “Maaf, td kita janji apa drmh? Silahkan beli pakai uang sendiri. Pilih aja mainan lain yang harganya 10 ribu. Okeh?”
Butuh waktu lagi untuk menjatuhkan pilihan hingga kali ini tangannya menunjuk pancingan ikan seharga 17rb. Lagi2 ia melobi agar menambahi kekurangan uangnya. No. Kita belajar komitmen ya nak. 
Si ibu penjual menawarkan bbrp mainan yg sesuai budget. Mulai kaca mata, game watch ikan, dsb. Tapi tak ada yg berkenan di hatinya hingga tangan saya menunjuk bubble jaman saya kecil seharga seribu rupiah ! Eh ternyata mau dan jelas banget wajah si ibu penjual terlihat kecewa krn ternyata beli yg murah hehe 😂
Oh ya, uang lembaran 10 ribu punya adek ini sebenernya pemberian kakaknya. Jadi saat acara bersama teman2 panti asuhan bbrp hari lalu di kids play sby, si kakak dpt kesempatan maju untuk ikut sulap dan dpt hadiah uang ini. Kirain mau dipakai sendiri, ternyata dikasihkan ke adeknya ☺
2⃣ aktifitas dapur 
Tidak cukup banyak yg dilaporkan di point ini. Hanya satu hal. Malam ini tangan si kakak tak sengaja menyentuh panci panas saat ia mau bikin susu hangat sendiri. Kaget. Itu ekspresi yg tertangkap jelas dari wajahnya. Tapi saya bersyukur si kakak mengalami kejadian ini. Tak ada yg melepuh dan otaknya akan merekam kejadian malam ini dengan seksama. Waktu ikut workshop neuroscience, pengalaman spt ini akan sangat berharga. Otak ananda akan membuat rem saat dikondisi yg sama. Jadi lain kali ia akan belajar lebih hati2 krn paham panci yg baru dipakai itu panas. Belajar dari kesalahan.
Tapi ada kejadian lucu. Pasca tangannya kena panci panas, dia penasaran. Kenapa kok pegangan kayunya tdk panas ? Lalu ujung telunjuknya ditempelkan lagi ke pinggiran panci panas untuk memastikan kondisinya keduanya tdk sama. intellectual curiosity – nya juga muncul disini. Okeh nak, mari kita cari tahu jawabannya sama2 ya ✊🏻
3⃣ Sebelum tidur, seperti biasa 2 krucil dan bunda bekerja sama untuk membereskan kamar. Mereka juga merapikan mainan masing2 dan mengembalikan pada tempatnya meski harus diselengi mainan lagi. Si kakak mau bereskan bombik, eh malah bikin bentuk2 baru. Si adek mau bereskan mic, eh malah jadi konser dg penuh penghayatan hehehe. Tp alhmdlh gak lama dan kamarpun kembali rapi. 2 krucil menata kasur, bantal dan selimut masing2 pasca pipis dan gosok gigi sbg rutinitas malam menjelang tidur. Diiringi oleh murothal surat ar rahman oleh syeikh mishary rasyid, akhirnya merekapun terlelap dg tenang. 
Selamat tidur sayang. Rabbi habli minashshoolihin 😘😘
🏡 Graha Istiqomah, 3 Maret 2017 
💝 Bunda Euis Kurniawati 💝
#Level2

#KuliahBunSayIIP

#MelatihKemandirian

Tantangan Kemandirian#day8

Tantangan Kemandirian#day8 
Bismillah, melanjutkan game tantangan kemandirian untuk 2 krucil. Di tulisan kali ini, lebih banyak si ayah yang memberi laporan dan bunda hanya kebagian menuliskannya saja. Maklum hampir seharian, 2 krucil berkegiatan bareng sama ayah saat bundanya harus belajar di hotel cleo dari jam 7 hingga stg 6 sore. 
Ada beberapa catatan yang terekam 
🍳Tadi malam, disaat jam menunjukkan hampir setengah 11 malam, 2 krucil kompak minta makan. Padahal hanya ada nasi hangat tanpa lauk. “Gimana kalau aku masak telur dadar bunda?”, tawar mereka. Okeh silahkan. 

Alhasil, malam2 mereka utak atik di dapur sambil diawasi bundanya yg mulai terkantuk2. 
Dari pengamatan, cara memecah telurnya sdh lbh bagus. Tdk ada insiden tumpah, pecah, dsb. Pun saat mengocok, sop sdh dipahami sempurna ttg bgmn koordinasi tangan kanan dan kiri. Sampai akhirnya tarraa,,, makan (kemalaman) kemarin hasil karya mereka sendiri. Sengaja diinput di laporan hr ini krn aktivitas ini terjadi pasca laporan day7 sdh disetor.
📋Tentang standar beres2 kamar pagi ini. Info dari ayah, masih harus direminder meski mereka langsung capcus tanpa delay. Mulai lipat selimut, rapikan bantal dll. Si adek kali ini cuek bebek gak bantu sama sekali. 
📌Hmmmm,,, noted. Perlu kami gali lagi sebabnya dan cari solusinya. Kami sbg fasilitator di rumah ini jg dapat catatan penting. Bahwa ayah bunda harus punya sop yg sama. Misal kalau bunda ngajari kasur dilipat saat beres2, maka demikian jg saat ayah yg jd fasilitator. Tidak bisa kalau ada 2 standar yg membuka peluang ambigu. Alhasil sblm nulis laporan ini kamipun ngobrol untuk menyamakan standar sop pd bbrp hal. 
💰 Seperti request mereka tadi malam yg memilih taman flora sbg sekolahnya hari ini, 2 krucil dan ayahnyapun meluncur ke salah satu taman kota yg asri ini. Yg jadi catatan di laporan kemandirian ini seputar transaksi keuangan. Saat akan meninggalkan lokasi pasca bermain dan belajar, si kakak ijin ke ayahnya mau ke penjual kaki lima untuk tanya harga mainan2 yg digelar. Pak, mainan ini harganya brp? Hah? 10 ribu? Kalau yg ini harganya brp? Wah lebih mahal ya 20rb. 

Ya sudah pak, aku mau nabung dulu. Makasi ya pak. 
Pengen ketawa kalau bayangin cerita si ayah. Pun begitu juga saat sore tadi ia minta diantar ke salah satu toko buku di dekat rumah. “Ayah, aq tolong anterin ke situ, aq mau tanya harga2”.

Hehehe. Tanya beneran tanya. Tanpa rengekan minta dibelikan.
Dari sini ada catatan bagi kami pribadi. Pertama, pemahaman si kakak ttg uang sbg alat tukar pembayaran sdh naek levelnya dr sebelumnya. Kedua, ada inisiatif dan keberanian untuk bertanya langsung kpd penjual ttg harga barang yg dia rasa menarik. Kalau dulu masih minta kami untuk menanyakan. Pasca latihan komunikasi bbrp kali, skrg sdh berani sendiri. Ketiga, jurus anti tantrum saat belanja yg sdh kami terapkan jauh2 hari, semakin menunjukkan kesaktiannya. alhamdulillah
🎁 Catatan terakhir untuk hari ini. Ba’da isya, 2 krucil ikut ayah bunda rapat di masjid komplek. Bersama 2 temanny mereka asyik menggambar dengan aneka spidol warna warni. Saat akan pulang, saya lihat sangat berantakan dan mereka mau  untuk membereskan sama2. Yup, put everything on the right place. Bereskan mainan atau alat tulismu dan letakkan kembali pada tempatnya. Bukan hanya di rumah. Tapi juga saat di luar. Maka meski sedang bermain di playground sebuah mall, saat mau pulang, mereka beres2 meski sdh ada petugas yg bertanggung jawab untuk itu. Pun begitu juga saat tempo hari kami liburan tipis2 di hotel novotel sby. Saat usai bermaen dari kidszone, mereka rapikan semua mainannya hingga kinclong seperti semula. Moga jd habbit positif pasca dibiasakan terus menerus. 
Insya allah cukup laporan hari ini. Big thanks untuk partner terbaikku paksu Adri Suyanto yg sdh membersamai buah hati hampir seharian ini. Meski bunda tak disamping anak2, project tantangan kemandirian tetap bisa terlaksana hari ini. lihat video dan dengarkan celotehan mereka, anak2pun happy berpetualang bersama zuper daddy. Proud of you lah pokoke :*
Okeh, siap melanjutkan tantangan di hari berikutnya. Tetap semangat ✊🏻✊🏻
🏡 Graha Istiqomah, 2 Maret 2017
💝 Bunda Euis Kurniawati 💝
#Level2

#KuliahBunSayIIP

#Melatih Kemandirian

Tantangan Kemandirian#day7

Tantangan Kemandirian#day7
Bismillah, melanjutkan proyek latih kemandirian 2 krucil di hari ke tujuh ini. Sebelum memulai penugasan level 2 di kelas perkuliahan bunda sayang institut ibu profesional, saya dan suami sudah bersepakat untuk melatih 4 point kemandirian pada ananda selama 10 hari ini. 
1⃣ Transaksi keuangan

2⃣ Merapikan kamar (bereskan tempat tidur, merapikan mainan, menyapu lantai, meletakkan baju pada tempatnya)

3⃣ Mengolah dan menyiapkan makanan

4⃣ Menjemur pakaian
Keempatnya bisa saja dilakukan setiap hari. Beberapa diantaranya bisa jadi hanya dilakukan pada waktu tertentu (transaksi keuangan dan menjemur baju 2 hari sekali)
Memasuki hari ketujuh, di catatan kali ini kami ingin menuliskan progress 2 krucil untuk 2 point latih kemandirian. 
Pertama untuk aktifitas merapikan kamar. Alhamdulillah pagi ini meski masih di reminder, mereka semangat merapikan kamar tanpa proses delay yang lama. Mulai melipat kasur, melipat selimut dan merapikan sprei. Jargon asyiknya kerja sama mewarnai aktivitas pagi ini. Manjur banget untuk si adek farisah meski tadi malam badannya sempat panas ternyata semangat ikut bantu.
Malam ini, saat saya lagi pegang hp untuk menuliskan laporan ini, 2 krucil sedang kerja sama membereskan mainannya dan mengeringkan minuman yg tumpah tanpa harus diberi instruksi. 
Kmrn sempat bisik2 sama si ayah, kami merasa rumah ini jadi lebih kinclong dan rapi dari sebelumnya karena anak2 mulai bertanggung jawab terhadap barang2nya. Alhamdulillah 🙂 
Kedua, untuk aktivitas menjemur pakaian siang ini lebih menyenangkan dari kemarin. Begitu cucian dikeluarkan dari mesin, 2 krucil bersegera memilah baju masing2 dan mulai menjemurnya satu persatu. Termasuk si adek yg hari ini tanpa mengeluh berhasil menjemur 7 bajunya. Yeaaayyy… 
Btw ada catatan khusus di bab ini. Ada pengalaman baru yg saya yakin bs jd penambah sinaps mereka. Saat si adek mau jemur celana panjangnya, awal ia bingung bgmn harus memasukkan hangernya. Dicoba gagal terus dan akhirnya bisa juga setelah cukup disampirkan begitu saja. Hehehe, dapat ilmu baru ya dek. Yes.. 
Oya ada kalimat si kakak yg cukup bikin makser. Saat adeknya tanya kenapa aku harus berusaha melakukan sesuatu sendiri, si kakak bilang : “kalau bunda gak ada, biar kamu bisa melakukannya dek. Gak ada itu  mungkin bunda lagi tidur, bisa bunda lagi ngaji, bisa juga bunda meninggal. Kamu bisa karena sudah belajar. Paham?”
Eaaaa…  dalem juga ternyata kalimat ini.. 
Belum semua automatically, but it’s okey. Karna kami sadar proses latih ini setidaknya harus berjalan selama 3 bulan agar otak ganglia basalisnya bekerja. 
Tetap percaya diri dan semangat belajar meski belum sempurna di sana sini. Saat ikut workshop neuroparenting, belajar dari kesalahan adalah salah satu proses belajar yg paling baik dari sisi otak.
Jadi mari tetap sabar berproses dan beri ruang lebih lebar pada hati untuk menerima ketidaksempurnaan. Semangaaaattt ✊🏻✊🏻
🏡 Graha Istiqomah, 1 Maret 2017 
💝 Bunda Euis Kurniawati 💝
#level2

#KuliahBunSayIIP

#MelatihKemandirian